Halaman

Jumat, 30 Januari 2015

My travel - Hatyai, Thailand

Hatyai terletak di pinggiran Thailand selatan, berbatasan langsung dengan kota Penang, Malaysia. Hubungan kedua negara ini sangat dekat, hampir setiap menit ada bus, taksi maupun mobil pribadi yang melewati perbatasan tersebut.

Tingkat korupsi di Hatyai juga tidak kalah dibandingkan Indonesia, adanya sistem salam tempel untuk mempercepat proses imigrasi. Kami sempat dipersulit dengan alasan salah counter (padahal counter tertulis foreign paspor dan beberapa turis asal Malaysia bisa melewati counter tersebut). Petugas imigrasi meminta antrian ulang atau membayar RM 20/org dengan melewati jalur khusus imigrasi tanpa antrian.

Hatyai sendiri memiliki makanan ringan yang cukup terkenal, dan gampang sekali dijumpai di tempat keramaian seperti crepes, mango rice, ice coconut, dsb. Disamping itu, menjual sup sarang walet dengan harga yang terjangkau, tetapi setelah kami mencicipi, sup tersebut kebanyakan airnya dan terkesan tidak original.
Makanan lokal khas Hatyai
Berikut perjalanan kami selama 4 hari di Hatyai :
Hari 1 : Perbatasan Hatyai ~ Hotel New Season ~ Lee Garden Hotel Sky Buffet ~ Odean Store ~ Santisuk Market
Kesan pertama di perbatasan Hatyai sangat tidak nyaman, masuk toilet dipunggut biaya, imigrasi terkesan tidak ketat dan antrian yang amburadul ( bisa nyelip, potong antrian orang lain, melewati counter imigrasi tanpa pemeriksaan ). Petugas imigrasi yang tidak ramah serta sogok uang yang terang-terangan.
Setelah proses imigrasi, kami kembali masuk bus yang sama dan diantar ke hotel new season yang telah kami booking sebelumnya di agoda. Hotel ini lumayan berkelas, kamar yang besar serta dekat dengan pusat perkotaan.
Imigrasi Hatyai
Hotel Lee Garden terkenal buffetnya yang berada di lantai 33, dimana selain bisa menikmati makanan sesuai selera, kita bisa menikmati pemandangan malam hari Hatyai. Harga buffet juga tidak terlalu mahal, sekitar 200 baht/org dan ada spesial diskon buat orang tua dan anak kecil.
Hotel Lee Garden Hatyai
Disekitar hotel lee garden, terdapat pasar malam santisuk, odean store dan juga kios travel yang menawarkan paket tur. Kami memilih travel yang bisa berbahasa mandarin, tetapi sayangkan supir tur cuma bisa mengerti bahasa kong hu, tetapi tidak bisa ngomong bahasa tersebut sehingga lumayan susah berkomunikasi.
Odean Fashion Mall

Santisuk Night Market
Hari 2 : Wat Hat Yai Nai ~ Municipal Park ~ Bon Khao Restoran ~ Pantai Samila ~ Ferry ~ Floating Market ~ SPA Hotel
Kuil Budha tidur ini terletak di Wat Hat Yai Nai, bernama Phra Phuttha Hattha Mongkho, dan berada di ruang terbuka, tersedia biksu yang siap memberi doa dengan syarat membeli dupa, kalung bunga dan barang sembahyang lainnya. Kuil ini terasa sepi pengunjung dan kurang terawat serta tidak ada atraksi yang menarik untuk menarik perhatian pengunjung.
Wat Hat Yai Nai
Municipal Park ini memiliki lahan yang luas, terdapat wahana ice dome dekat pintu masuk, kemudian dilanjutin Kelenteng dewi kwam im, Kelenteng dewa 八仙过海 dan patung dewa lainnya. Jika hendak bersembahyang dewa empat muka (四面佛), harus menaiki cable car untuk mencapai gunung teratas. Cara bersembahyang disini tergolong unik, dimana ada pelepasan pentasan (炮) dan telah disiapin tempat khusus serta tersedia jasa tarian jika hendak meminta permohonan kepada dewa empat muka serta banyak menjual sepasang burung merpati untuk dilepaskan setelah berdoa dan banyak ucapan terima dari donotur berupa kursi dan patung gajah atas pengabulan permintaan doanya. Selain itu juga menjual kertas merah yang bisa kita tulis permohonan dan digantung di pohon.
Municipal Park

Sepulang dari municipal park, kami singgah di restoran bon khao untuk mengisi perut. Restoran ini terkenal dengan seafoodnya. Restoran ini cukup asri, mungkin dikarenakan posisinya di pergunungan.
Ban Khao Restaurant
Pantai samila terletak agak jauh dari perkotaan, ikon ikan duyung yang menjadi simbolnya. Untuk berfoto bersamanya, harus extra bersabar, dikarenakan antrian cukup lama dan batu karang didekatnya juga agak susah dicapai,  dikelilingi batu karang dan pasir. Tempat ini cocok hiburan keluarga, dimana angin cukup kencang untuk bermain layang-layang ada tempat bersantai serta banyak berjualan jajanan seperti gorengan, es kelapa maupun toserba didekatnya.
Samila Beach
Sepulang dari pantai, bus melaju ke tempat penyeberang ferry, mirip ferry Perawang-buton. Ferry ini bisa menampung 15 mobil & puluhan sepeda motor dan akan mengantar ke perkotaan Hatyai. Tiba ditujuan penyeberang, bus kami langsung menuju lokasi floating market. 

Floating market tidak seperti yang kami bayangi ( berbelanja di perahu kecil ), melainkan pedagang berjualan di gubuk-gubuk kecil dekat pinggiran sungai. Disini banyak menjual makanan, pakaian dan oleh-oleh khas Hatyai.
Floating Market
Kami sempat ditawarin menonton aqua show, dikarenakan terlalu vulgar tidak cocok buat kami sehingga kami memutuskan menikmati spa di hotel kami. 

Hari 3 = Kim Yong Market ~ Greenway Night Market ~ Talad Mai Night Market
Kim yong market lebih banyak menjual snack, manisan, oleh2 khas daerah. Jangan lupa menawar, harga bisa ditawar lebih murah.
Sepulang dari Kim yong, kami menaiki tuk tuk pulang ke hotel. Tuk-tuk disini tidak terlalu cantik dibandingkan yang di Bangkok. Tuk-tuk Hatyai lebih menyerupai oplet yang bisa tampung 8 orang, sedangkan tuk-tuk Bangkok lebih mirip Becak motor, bedanya supirnya dirakit di depan.
Tuk-tuk Hatyai
Greenway night market beroperasi dari jam 5 sore sampai malam. Tempat ini cukup luas, banyak menjual makanan, baju, sepatu serta asesoris hp lainnya. Cukup asri bersantai sekaligus bisa berbelanja ria. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau.
Greenway Night Market
Talad Mai night market berada di Tanrattanakorn Road, berjalan kaki sekitar 10menit dari Greenway. Tempat ini berada di luar terbuka, diatasnya dipasangi kanopi yang cukup besar. Barang yang dijual hampir sama dengan greenway night market.
Talad Mai Night Market
Hari 4 =  Hatyai International Airport
Airport di sini tidak terlalu besar, antrian cepat, proses imigrasi juga tidak banyak pemeriksaan dan terasa nyaman tanpa ada pungutan liar.
Kesimpulan :
Barang yang dijual di Hatyai cukup murah walaupun tidak secantik dan selengkap di Bangkok. Penduduk Hatyai sangat menghormati biksu, setiap kali menaiki angkutan umum selalu memberikan tempat spesial terhadapnya. Bila ingin keliling kota Hatyai, lebih aman menyewa bus travel daripada naik tuk-tuk.

Jumat, 09 Januari 2015

My travel : Penang, Malaysia

Penang, kota favorit orang Medan untuk berobat, dikarenakan berdekatan dan mayoritas masyarakat bersuku hokkian, sehingga gampang berkomunikasi. Kota ini, lebih banyak dihuni orang tua, mungkin lebih banyak anak muda merantau ke KL. Agak sulit menemukan taksi dipinggiran jalan, kebanyakan nongkrong dekat mal dan hotel besar.
Berikut perjalanan kami selama 3 hari 2 malam di Penang (24/12/2014 s/d 26/12/2014)  :
1. Hari 1 = Queensbay Mall
Tiba di Penang sekitar jam 6 sore, kami memutuskan langsung ke mall, sedangkan bagasi dititipin supir menuju apartemen yang telah kami pesan sebelumnya. Apartemen yang kami sewa seharga RM 55 / hari. Kamar lumayan luas, ada kamar mandi di dalamnya. Sayangnya selimutnya terlalu tipis, dan agak jauh dari perkotaan. Bagian luar apartemen tampak kumuh, beruntung kamar tidur cukup luas dan bersih.
Apartemen milik Kenny


Mall Queensbay ini cukup luas, seperti mal kebanyakan menjual berbagai macam kebutuhan masyarakat dan kebetulan waktu kami berkunjung pas perayaan natal, sehingga desain panggung, iringan lagu serta semprotan gelembung busa menambah suasana seperti turun salju.
Mall Queenbay Penang

 2. Hari 2 = Kek Lok Si Temple, Nyonya House, Mal Gurney
Kek Lok Si Temple yang dikenal dengan nama 极乐寺, merupakan kelenteng termegah di Penang. Kami diantar supir langsung ke tempat paling atas, sehingga langsung bisa melihat patung dewi Kwam Im yang besar dan hiasan lampion disekitarnya ada patung zodiak. Setelah itu, kami turun ke bawah melalui lift disamping kedai cindramata. Tarif one way turun ke bawah sekitar RM 3 per orang. Liftnya menyerupai tram bergerak diagonal. Tiba di bawah, terdapat altar dewa tertawa maitreya. Di bagian sisi lain, pintu masuk menuju Pagoda dikenakan tarif RM 2 per orang. Jalan turun ke bawah, melewati jembatan yang mana terdapat kolam kura-kura di bawahnya. Kemudian akan melihat seperti lorong kecil yang dua sisinya terdapat kios-kios yang menjual baju, sovenir, & oleh-oleh khas Penang. 
Kek Lo Si Temple

Nyonya house yang dikenal dengan film 小娘惹 the little nyonya cuisine. Dimana tempat ini merupakan lokasi syuting film ini dan menceritakan perpaduan budaya peranakan melayu dan cina. Rumah ini terkesan mewah di zamannya, terdapat banyak barang keperluan sehari-hari serta berbagai koleksi barang antik zaman dulu, seperti jam dinding, kamera, guci, lukisan, dsb. Dibagian dapurnya segaja dibikin cafe, menjual es cendol yang menjadi makanan khas Penang.
Nyonya House
Kami sempat singgah di bukit bendera dan warung makan cendol yang terkenal di Penang, berhubung antrian panjang, kami memutuskan langsung ke mal Gurney. Mal ini menghadap pantai, terdapat pasar malam di sampingnya dan sekitarnya banyak hotel berbintang. Kawasan ini terkesan elite, macet serta ramai pengunjung.
Plaza Gurney
3.Hari 3 = Pasar Awam Jelutong, Kedai Naluri Aman, Perbatasan Malaysia Bukit Kayu Hitam
Pasar awam jelutong seperti pasar umumnya, menjual sayur, daging, buah, baju, peralatan dapur serta food court yang menjual aneka ragam masakan.
Pasar Awam Jelutong


Kami naik van yang memuat 10 orang penumpang menuju Hatyai. Bus ini menjemput kami dari tempat tinggal dan akan mengantar kami ke hotel tujuan kami inap. Perjalanan menempuh waktu sekitar 4 jam, dengan asumsi 2 jam dari kota Penang menuju perbatasan Malaysia, 1 jam antrian imigrasi, 1 jam menuju kota Hatyai. Sebelum masuk perbatasan, bus kami singgah ke kedai Naluri Aman. Kami disuruh supir serahin paspor untuk mencetak kartu imigrasi dan dikenakan RM 2/org. Ditempat inilah kami dipersilakan makan siang atau ke toilet. Kemudian bus melanjutkan perjalanan ke perbatasan malaysia.

Perbatasan Penang - Hatyai


Perbatasan ini berada di ruang terbuka, jika mengunakan mobil pribadi atau taksi, anda tidak perlu turun dari mobil. Tetapi jika mengunakan bus, semua penumpang harus turun dan antrian di counter imigrasi. Bagasi bisa ditinggalin di dalam bus. Setelah selesai cap paspor, bus kami telah menunggu di depan dan kami dipersilakan kembali masuk bus yang sama.

Kesimpulan :
Mayoritas penduduk Penang bersuku hokkian, biaya hidup setaraf dengan di Indonesia. Porsi makanan kecil, tidak sebesar di Kuala Lumpur. Transportasi umum tidak banyak, sehingga agak sulit menjangkau jika tidak menyewa mobil atau bus.

 

Pengikut